Jazz, kini mulai diminati banyak kalangan. Tidak hanya orang elit yang dapat mendengarkannya di kafe atau berbagai festival yang beratus-ratus ribu bahkan sampai jutaan harga tiketnya. Tetapi orang-orang yang biasa atau yang belum mengerti jazz pun juga bisa menikmatinya. Seperti yang dilakukan chlorophyl, band asal Jakarta yang perform di Pasar Gedhe Surakarta, Komunitas Solo Jazz Society yang manggung di Pasar Malam Windujenar Surakarta, Festival Jazz Ngayogjazz yang digelar di daerah yang jauh dari pusat kota Jogja, Jazz@Fort Rotterdam yang digelar di salah satu bangunan peninggalan VOC di Makassar itu dan masih banyak lagi
JAZZER MUDA
Bukan jamannya lagi yang tua-tua saja yang bermain jazz tetapi generasi muda kini mulai menaruh perhatiannya pada jazz sehingga mereka mempelajarinya dan mengembangkannya. Sekarang banyak muncul musisi-musisi jazz muda seperti Barry Likumahuwa dengan bass nya yang sukses bersama Barry Likumahuwa Project nya, Ecoutez!, Maliq n’ D’Essential dan lain-lain.
Jazzer muda mengemas musik jazz menjadi musik yang lebih simple dan easy listening tanpa mengubah pola-pola jazz yang asli. Sehingga menghapus pandangan banyak orang bahwa Jazz adalah musik yang sulit dan membutuhkan skill yang tinggi.
Anak-anak muda ini kini bisa menunjukkan kemampuannya baik dalam festival jazz, promosi budaya daerah/kota, hingga mampu menjadi event organizer acara-acara jazz. Seperti yang dilakukan Solo Jazz Society, sebuah komunitas pecinta musik Jazz kota Solo.
PENGENALAN KEPADA MASYARAKAT
Anak-anak komunitas ini rutin menggelar event di setiap minggu akhir bulan. Ada banyak tempat yang telah mereka adakan dan mereka ikut menyukseskan promosi Kota Solo sebagai kota budaya dan pertunjukan. Seperti Balai Kota Surakarta, Pasar Malam Windujenar, Mall, dan lain-lain.
Pada hari sabtu kemarin (26/12) mereka menggelar acara jazz di food court Solo Grand Mall. Masih dalam suasana natal, libur tahun baru dan akhir pekan acara ini dikatakan sukses. Penonton menikmati. Ada yang memotret, mendengarkan sambil menyantap makan malam, sebagai teman ngobrol dan belanja. Dengan pembawa acara yang menyenangkan dan performer yang ada, pengunjung banyak memberikan tepuk tangan. Diawali dengan band Mid Season dengan irama swing yang kental. BASS Project yang menampilkan aransemen musik dari dua orang bassist. Miracle is Real yang salah satunya membawakan lagu Kasih yang begitu dikenal oleh pengunjung yang hadir. Lagu “Fly Me to the Moon” karya Frank Sinatra yang dikemas dalam irama Bossas dan Swing, dan “Here There and Everywhere” milik Beatles yang dimainkan dengan irama Jazz Fussion yang kuat oleh band Vill’s In, Jazz Soul yang mantap dari The Quintet, dan kreatifitas performer lainnya. Acara begitu menarik ketika jam session dimana player-player yang berbeda band itu disatukan dan membentuk aransemen yang bagus. Begitu juga dengan pengunjung yang ingin bermain jazz bersama komunitas ini.
Kemajuan generasi muda yang patut kita banggakan. Kecintaan musik yang ada dalam diri mereka mampu ditunjukkan melalui berbagai cara.
(Vilya)
Category:
News
0
comments
Acara ini dilaksanakan pada Jumat, 3 Desember 2009 sebagai dalam rangka menyambut Solo City Jazz 2009. Workshop ini diadakan di Balai Soedjatmoko, Gramedia Solo. Hadir dalam workshop Trio Bassist Akordeon : Bintang Indrianto, Rindra, Roedyanto dan Taufan (drum). Penampilan mereka diawali dengan lagu dengan instrument Bass pastinya lalu coaching clinic oleh mereka. Dalam lagu mereka Roedyanto banyak bermain tehnik slap, Bintang sebagai rhytm dengan menggunakan akor gitar pada gitar bass nya dan Rindra sebagai melodi dengan bass fretless nya.
Banyak pertanyaan dari penonton dan mereka dengan senang hati memberikan ilmunya dan menjawab pertanyaan penonton. Bintang mengatakan bahwa banyak orang bermain bass karena mudah dan hanya “deem…demmm” saja. Tetapi Bintang menegaskan bahwa Bass juga tidak bisa dianggap gampang, karena dia memiliki peran dalam menjaga tempo, irama dan keharmonisan sebuah lagu. Dan lagu-lagu yang halus dan dengan tempo pelan adalah sulit karena pemain harus memiliki kesabaran dan tone yang dihasilkan harus tetap terjaga stabil. Tone menjadi hal yang penting dalam bass.
Saya pun juga ikut bertanya dan jawaban mereka sudah menjawab pertanyaan yang saya maksud. Suatu kepuasan sendiri karena saya dapat berbicara langsung dengan tiga maestro bass. Diakhir acara saya mendapatkan CD album Bintang Indrianto bersama Cort Bass yang meng-endorse nya.
Setelah acara selesai saya tambah bangga kepada mereka karena selain mereka mau memberikan ilmunya, saat saya meminta untuk foto bersama baik Roedyanto, Rindra dan Bintang langsung mengalungkan dan memberikan Bass nya kepada saya agar dapat tampil difoto sehingga memberikan memori kepada saya bahwa bass mereka pernah saya pegang dan rasakan, tidak semua orang dapat merasakannya. Sungguh mereka adalah musisi sejati dan baik hati. Bintang Indrianto juga memberikan nomor telepon agar dapat tetap berkomunikasi dan agar dapat menjawab pertanyaan saya lebih jauh. Workshop ini menjadi pengalaman yang mengesankan bagi saya yang juga sebagai seorang musisi dan bassist.
Terima kasih untuk Trio Bass Akordeon dan Taufan, drummer mereka.
Category:
Event
0
comments
Kota Solo pada tanggal 4-5 Desember kemarin menyelenggarakan ajang Festival Jazz “Solo City Jazz 2009” dengan tema “Jazz Up Batik” di Pasar Malam Windujenar, Solo, Jawa Tengah. Acara ini berusaha memperkenalkan kepada masyarakat bahwa Jazz bukan musik kaum elit tetapi bisa dinikmati oleh siapa saja. SCJ ini gratis, sehingga lebih mudah untuk membawa masyarakat untuk lebih mengenal Jazz. Para pemain tidak hanya tampil di Pasar Windujenar saja, tetapi juga di Pasar Gedhe dimana lebih banyak orang yang masih tradisional belum begitu mengenal Jazz, seperti yang dilakukan band asal Jakarta, Chlorophyl. Chlorophyl bermain diantara para penjual dan yang menarik bahwa tidak ada panggung khusus disana, mereka langsung menempati tempat seadanya seperti pada kursi dan meja pendagang. Sungguh pengenalan Jazz yang menarik. Lalu ada pedagang juga yang bertanya, “Kuwi musik opo to??”(“Itu musik apa ?). Tetapi para pedagang ini juga akhirnya menikmati karena musik Jazz yang dibawakan adalah musik yang easy listening dan mudah dicerna. Begitu juga Yovie Widianto yang tampil di Solo Grand Mall.
Diawali dengan Pre-Event nya pada tanggal 28 November lalu dimana tampil komunitas Jazz Solo yaitu Solo Jazz Society, Gilang Ramadhan Drum School dan Chlorophyl sebagai bintang tamu. Solo Jazz Society sendiri setiap akhir bulan mengadakan aksi panggung disana. Ada juga band yang menarik di komunitas ini, yaitu Swing Doctor dimana personilnya semua adalah para dokter dan calon dokter. Dari Gilang Ramadhan Drum School menampilkan permainan-permainan dari murid-muridnya dengan baik, seperti solo drum oleh anak-anak yang masih TK dan SD. Aksi panggung dari Chlorophyl yang atraktif menggugah penonton ketika mereka bermain lagu dari Jamiroquai.
HARI PERTAMA
Hari pertama, 4 Desember 2009 SCJ dibuka oleh Bapak Walikota Solo, Bapak Joko Widodo dengan memukul Bonang sebagai tanda acara telah dibuka. MC pada hari itu adalah Adia dan Annas.
Performer pertama adalah Notturno, band asal Jakarta yang terdiri dari 3 orang pada Piano, Drum dan Contra Bass. Mereka mengawali pertunjukkan dengan membawakan lagu Nirvana yang akrab ditelinga penonton dengan sentuhan Jazz. Pianis diakhir acara mengiringi solo drum dengan kecrekan milik anaknya, “Tepuk tangan untuk teman-teman saya.. dan saya pada kecrekan.” canda sang pianis.
Penampilan Kedua oleh Wayan Sadra dan Sono-Seni Ensemble yang membawakan lagu-lagu dengan nuansa etnik dari Bali, Jawa dan Sumatera. Mereka juga menggunakan alat-alat tradisional. Perpaduan musik etnik dan jazz yang digarap apik.
Guest Star Dian Permana Putra dan Dedi Dhukun (2D) tampil dengan Harpist Maya Hasan dan Pianis Tiwi Sakuhaci bersama quartetnya pada contra bass dan drum. 2D kembali mengingatkan penonton dengan lagu-lagu hits mereka pada era 80’an. Mereka berdua juga begitu komunikatif dengan penonton dan membuat penonton ikut bernyanyi bersama alunan musik 2D yang indah dan manis. Dedi Dhukuk lalu meminta seorang penonton didepan untuk maju dan mentransfer kepadanya sebagai perantara kepada Bapak Walikota Joko Widodo yang duduk di kursi belakang lesehan, untuk membangun kota Solo. Dedi bersalaman dengan penonton itu dan menyuruhnya menutup mata, lalu dia bertanya,
“Sudah lihat wajah saya?”.
“Sudah”, jawab penonton itu.
“ Berapa angka yang sedang saya pikirkan?”, tanya Dedi.
“Dua!”, jawab pria itu. “Benar!!”
Kemudian mereka membawakan lagu “Melayang” dan “Keraguan”. Dian dan Dedi bersama-sama mengatakan, “2D masih ada di Kota Solo ! Terima kasih Solo!” . Kemudian mereka turun dari panggung.
Setelah itu mereka digantikan oleh Maya Hasan Quartet yang membawakan lagu-lagu daerah dan instrumental. Tiwi Sakuhaci, sang pianis bermain akordion dan menyanyikan lagu daerah Aceh, Bunga Jeumpa. Suara Tiwi begitu dengan dengan campuran vokal etnik. Maya Hasan lalu bernyanyi sebagai persembahan untuk ibundanya. Selain mereka dapat bermain musik mereka juga dapat bernyanyi dengan baik.
Tampil berikutnya, Akordeon dengan 3 orang bassist, yaitu Bintang Indrianto (Bassistnya Tompi), Rindra Risyanto(PADI), Roedyanto (Emerald). Mereka berbeda dengan yang lain, mereka menunjukkan pada penonton bahwa Gitar Bass tidak hanya sebagai intrumen penjaga tempo tetapi dia bisa berperan didepan sebagai lead. Memang, tidak ada gitaris disitu. Menariknya lagi, trio bassist ini membawakan lagu yang berhasil memadukan jazz dengan lokal dengan sentuhan dangdut dan campursari. Sruti Respati sebagai vokalis dan ada juga disana kendang, rebab dan alat tradisional. Pada lagu kedua, Sruti Respati bernyanyi sambil mem-visual-kan sedang dirias diatas panggung. Rindra saat itu mulai menggunakan Bass Fretless nya dan ketiga bassist itu ikut bernyanyi. Sungguh project yang menarik.
HARI KEDUA
Hari kedua, 5 Desember 2009. Penampilan dibuka oleh Solo Jazz Society bersama Temperente Percussion. Kolaborasi yang apik dari salah satu komunitas jazz di Solo ini bersama perkusi yang atraktif. Aksi mereka mendapat tepuk tangan meriah dari penonton yang saat itu sedikit diguyur hujan, tetapi mereka tetap menikmati penampilan mereka.
Heaven on Earth, sebuah band fussion tampil diurutan kedua. Mereka mencampurkan unsur-unsur Blues, Jazz dan Funk dengan beat yang kuat. Franky, bassist dari Heaven on Earth yang juga menjadi instruktur di Institut Musik Indonesia (IMI) lalu bermain solo dengan teknik Slap yang dominant sambil bernyanyi canda. Penonton terhibur dengan candanya dengan tertawa dan tepuk tangan. Franky bermain slap dengan tempo yang cepat dan perkusif membuat penonton bergoyang.
Penampilan ketiga oleh kelompok musik etnik-Jazz, Pribumi. Mereka berasal dari Yogyakarta. Mereka menggunakan gamelan dan kendang sebagai perkusi. Mereka juga menunjukkan solonya dengan menarik dan atraktif.
Lalu Donny Koeswinarno bersama Jazz Quartet nya bermain dengan tempo yang halus. Donny bermain Saxophone dengan nuansa Smooth Jazz dan Blues yang berhasil menenangkan penonton setelah pemain-pemain sebelumnya yang bermain dengan tempo yang kuat.
Chlorophyl, band dari Jakarta yang telah bermain di Pre-Event dan bermain di Pasar Gedhe tampil dengan diawali lagu dari Jamiroquai. Tingkah aktif dari vokalis ini mampu membawa penonton dalam suasana musik yang dibawanya yang dominan dengan electronik. Setelah itu mereka membawakan lagu-lagu mereka yang albumnya akan dirilis. Vokalis lalu menawarkan pemain instrumen mereka untuk bermain instrumentalia. Diawali solo gitar dari gitaris lalu keyboardist dan bassist. Bassist maju kedepan dan bermain solo dan ditutup dengan solo drum.
Lalu guest star Yovie Widianto Fussion hadir. Pria kelahiran Bandung yang sukses dengan Kahitna ini bermain dengan indah dengan nuansa Fussion Jazz yang sempurna. Gerry Herb, Drummer bermain drum dengan pukulan-pukulan yang bersemangat. Penonton lalu bertepuk tangan dan mengambil kameranya untuk foto. Yovie menceritakan kebanggaannya kepada kota Solo yang ternyata begitu mendukung akan terselenggaranya Solo City Jazz dan berharap dapat diselenggarakan lagi tahun depan. Kota Solo banyak menggelar pertunjukan sebagai pintu gerbang Solo yang pada tahun 2010 akan dinobatkan sebagai Kota Pertunjukan.
Diawali dengan Pre-Event nya pada tanggal 28 November lalu dimana tampil komunitas Jazz Solo yaitu Solo Jazz Society, Gilang Ramadhan Drum School dan Chlorophyl sebagai bintang tamu. Solo Jazz Society sendiri setiap akhir bulan mengadakan aksi panggung disana. Ada juga band yang menarik di komunitas ini, yaitu Swing Doctor dimana personilnya semua adalah para dokter dan calon dokter. Dari Gilang Ramadhan Drum School menampilkan permainan-permainan dari murid-muridnya dengan baik, seperti solo drum oleh anak-anak yang masih TK dan SD. Aksi panggung dari Chlorophyl yang atraktif menggugah penonton ketika mereka bermain lagu dari Jamiroquai.
HARI PERTAMA
Hari pertama, 4 Desember 2009 SCJ dibuka oleh Bapak Walikota Solo, Bapak Joko Widodo dengan memukul Bonang sebagai tanda acara telah dibuka. MC pada hari itu adalah Adia dan Annas.
Performer pertama adalah Notturno, band asal Jakarta yang terdiri dari 3 orang pada Piano, Drum dan Contra Bass. Mereka mengawali pertunjukkan dengan membawakan lagu Nirvana yang akrab ditelinga penonton dengan sentuhan Jazz. Pianis diakhir acara mengiringi solo drum dengan kecrekan milik anaknya, “Tepuk tangan untuk teman-teman saya.. dan saya pada kecrekan.” canda sang pianis.
Penampilan Kedua oleh Wayan Sadra dan Sono-Seni Ensemble yang membawakan lagu-lagu dengan nuansa etnik dari Bali, Jawa dan Sumatera. Mereka juga menggunakan alat-alat tradisional. Perpaduan musik etnik dan jazz yang digarap apik.
Guest Star Dian Permana Putra dan Dedi Dhukun (2D) tampil dengan Harpist Maya Hasan dan Pianis Tiwi Sakuhaci bersama quartetnya pada contra bass dan drum. 2D kembali mengingatkan penonton dengan lagu-lagu hits mereka pada era 80’an. Mereka berdua juga begitu komunikatif dengan penonton dan membuat penonton ikut bernyanyi bersama alunan musik 2D yang indah dan manis. Dedi Dhukuk lalu meminta seorang penonton didepan untuk maju dan mentransfer kepadanya sebagai perantara kepada Bapak Walikota Joko Widodo yang duduk di kursi belakang lesehan, untuk membangun kota Solo. Dedi bersalaman dengan penonton itu dan menyuruhnya menutup mata, lalu dia bertanya,
“Sudah lihat wajah saya?”.
“Sudah”, jawab penonton itu.
“ Berapa angka yang sedang saya pikirkan?”, tanya Dedi.
“Dua!”, jawab pria itu. “Benar!!”
Kemudian mereka membawakan lagu “Melayang” dan “Keraguan”. Dian dan Dedi bersama-sama mengatakan, “2D masih ada di Kota Solo ! Terima kasih Solo!” . Kemudian mereka turun dari panggung.
Setelah itu mereka digantikan oleh Maya Hasan Quartet yang membawakan lagu-lagu daerah dan instrumental. Tiwi Sakuhaci, sang pianis bermain akordion dan menyanyikan lagu daerah Aceh, Bunga Jeumpa. Suara Tiwi begitu dengan dengan campuran vokal etnik. Maya Hasan lalu bernyanyi sebagai persembahan untuk ibundanya. Selain mereka dapat bermain musik mereka juga dapat bernyanyi dengan baik.
Tampil berikutnya, Akordeon dengan 3 orang bassist, yaitu Bintang Indrianto (Bassistnya Tompi), Rindra Risyanto(PADI), Roedyanto (Emerald). Mereka berbeda dengan yang lain, mereka menunjukkan pada penonton bahwa Gitar Bass tidak hanya sebagai intrumen penjaga tempo tetapi dia bisa berperan didepan sebagai lead. Memang, tidak ada gitaris disitu. Menariknya lagi, trio bassist ini membawakan lagu yang berhasil memadukan jazz dengan lokal dengan sentuhan dangdut dan campursari. Sruti Respati sebagai vokalis dan ada juga disana kendang, rebab dan alat tradisional. Pada lagu kedua, Sruti Respati bernyanyi sambil mem-visual-kan sedang dirias diatas panggung. Rindra saat itu mulai menggunakan Bass Fretless nya dan ketiga bassist itu ikut bernyanyi. Sungguh project yang menarik.
HARI KEDUA
Hari kedua, 5 Desember 2009. Penampilan dibuka oleh Solo Jazz Society bersama Temperente Percussion. Kolaborasi yang apik dari salah satu komunitas jazz di Solo ini bersama perkusi yang atraktif. Aksi mereka mendapat tepuk tangan meriah dari penonton yang saat itu sedikit diguyur hujan, tetapi mereka tetap menikmati penampilan mereka.
Heaven on Earth, sebuah band fussion tampil diurutan kedua. Mereka mencampurkan unsur-unsur Blues, Jazz dan Funk dengan beat yang kuat. Franky, bassist dari Heaven on Earth yang juga menjadi instruktur di Institut Musik Indonesia (IMI) lalu bermain solo dengan teknik Slap yang dominant sambil bernyanyi canda. Penonton terhibur dengan candanya dengan tertawa dan tepuk tangan. Franky bermain slap dengan tempo yang cepat dan perkusif membuat penonton bergoyang.
Penampilan ketiga oleh kelompok musik etnik-Jazz, Pribumi. Mereka berasal dari Yogyakarta. Mereka menggunakan gamelan dan kendang sebagai perkusi. Mereka juga menunjukkan solonya dengan menarik dan atraktif.
Lalu Donny Koeswinarno bersama Jazz Quartet nya bermain dengan tempo yang halus. Donny bermain Saxophone dengan nuansa Smooth Jazz dan Blues yang berhasil menenangkan penonton setelah pemain-pemain sebelumnya yang bermain dengan tempo yang kuat.
Chlorophyl, band dari Jakarta yang telah bermain di Pre-Event dan bermain di Pasar Gedhe tampil dengan diawali lagu dari Jamiroquai. Tingkah aktif dari vokalis ini mampu membawa penonton dalam suasana musik yang dibawanya yang dominan dengan electronik. Setelah itu mereka membawakan lagu-lagu mereka yang albumnya akan dirilis. Vokalis lalu menawarkan pemain instrumen mereka untuk bermain instrumentalia. Diawali solo gitar dari gitaris lalu keyboardist dan bassist. Bassist maju kedepan dan bermain solo dan ditutup dengan solo drum.
Lalu guest star Yovie Widianto Fussion hadir. Pria kelahiran Bandung yang sukses dengan Kahitna ini bermain dengan indah dengan nuansa Fussion Jazz yang sempurna. Gerry Herb, Drummer bermain drum dengan pukulan-pukulan yang bersemangat. Penonton lalu bertepuk tangan dan mengambil kameranya untuk foto. Yovie menceritakan kebanggaannya kepada kota Solo yang ternyata begitu mendukung akan terselenggaranya Solo City Jazz dan berharap dapat diselenggarakan lagi tahun depan. Kota Solo banyak menggelar pertunjukan sebagai pintu gerbang Solo yang pada tahun 2010 akan dinobatkan sebagai Kota Pertunjukan.
Category:
Event
0
comments
Berikut adalah mereka yang tampil dalam Solo City Jazz 2009 :
Hari 1
- Notturno
- Wayan Sadra dan Sono-Seno Ensemble
- Dian Permana Putra dan Dedi Dhukun (2D)
- Akordeon (Bintang , Rindra, Roedyanto, Sruti Respati, Taufan)
- Magnificient Duo Agam Hamzah
- Doni Suhendra Project feat Ivan Nestorman
- Andien
Hari 2
- Solo Jazz Society feat Temperente Percussion
- Heaven on Earth
- Pribumi
- Donny Koeswinarno Jazz Quartet
- Yovie Widianto Fussion
- Chlorophyl
Category:
Event
0
comments
Langganan:
Postingan (Atom)