Bumi memang
menjadi tempat yang cocok untuk kita tinggali. Entah, apa karena Nabi Adam pertama tinggal disini dan kita semua adalah
penerus Beliau. Itu bisa saja. Tetapi seiring perkembangan jaman yang diikuti
dengan rasa keingintahuan manusia yang besar terhadap apapun yang dihadapinya,
lingkungan menjadi objek yang layak untuk diteliti dan dipelajari. Memang
bukan sesuatu yang pantas jika kita tidak mengerti akan sekitar. Ini adalah
suatu proses bagi manusia sebagai ciptaan Tuhan dan mengakui akan
kebesaran-Nya. Sehingga menjadi kewajiban mereka untuk menjaganya seperti apa
yang telah difirmankan oleh Tuhan di dalam kitab suci. Ini dari segi agama.
Dari segi ilmu pengetahuan, penelitian-penelitian yang telah dilakukan memang
membuktikan bahwa hanya Bumi lah tempat yang cocok untuk ditinggali karena
memiliki unsur-unsur yang seimbang. Mudah saja seperti Oksigen, Hidrogen dan
Karbondioksida yang menjadi unsur penting bagi makhluk hidup. Bukan tidak
mungkin unsur ini ada di planet lain, tetapi tetap saja masih ada yang kurang
baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.
Inilah Rumah Kita Bersama
Seperti rumah kita sendiri, lingkungan juga harus kita cintai. Bumi juga
sama seperti rumah kita, rumah kita bersama yang tersusun dari bahan
penyusunnya yang jika salah satu saja lemah akan menjadi bangunan yang tidak
utuh dan lemah. Maka, sudah seharusnya kita melindungi dan menjaga rumah ini,
bukan?
Jika membicarakan lingkungan, sebagai
bagian dalam Bumi, sudah pasti kita juga akan menyebut sumber daya alam. Karena
sumber daya alam adalah unsur penting yang membangun terbentuknya suatu
lingkungan.yang harmoni agar proses kehidupan di dalamnya terus berjalan.
Berdasarkan proses terbentuknya sumber daya alam di Indonesia dapat dibagi
menjadi 3, yaitu astronomis, geologis dan wilayah laut.
Secara astronomis, melihat letak Indonesia
sebagai negara kepulauan di garis khatulistiwa, Indonesia merupakan daerah
tropik dengan curah hujan tinggi sehingga berbagai jenis tumbuhan tumbuh subur. Air
memang menjadi sesuatu yang penting bagi tumbuhan. Ini menjadi kelebihan
tersendiri bagi Indonesia yang belum tentu dimiliki negara lain. Negara-negara
seperti di benua Afrika sangat sulit untuk memperoleh sumber daya alam ini. Begitu juga dengan negara didekat wilayah
kutub. Jangan kira kalau salju itu dari air, tumbuhan akan subur. Ya memang
mungkin disaat musim semi. Tapi itu semua bersifat periodik. Dengan letak
indonesia ini, mayoritas wilayahnya tersedia air yang melimpah sepanjang tahun.
Dari sisi Geologis, pertemuan lempeng
tektonik dan pegunungan muda juga menjadi salah satu proses terbentuknya sumber
daya alam di Indonesia. Dengan adanya faktor ini, tersedia berbagai macam
sumber daya mineral di beberapa wilayah Indonesia. Akan ada banyak manfaat
darinya yang dapat digunakan diberbagai bidang seperti kesehatan ataupun
ekonomi.
Yang berikut ini sudah pasti kita ketahui
bersama apalagi sudah diakui dunia. Ya, sebagai negara yang disebut negara
kepulauan, wilayah laut Indonesia menyimpan
berbagai sumberdaya alam yaitu nabati, hewani dan mineral. Contohnya, ikan
laut, rumput laut, mutiara dan minyak bumi.
Ketiga faktor ini yang membuat lingkungan
kita terbentuk. Sebagai seseorang yang tinggal di wilayah tertentu harus mampu
mengetahui segala hal tentang lingkungannya, tempat dia tinggal. Inilah rumah
kita yang memberikan tempat bagi yang tinggal didalamnya untuk melanjutkan
kehidupannya. Dan terus berkembang.
Melihat Sekitar
Memasuki
abad 19, populasi manusia yang tersebar di 5 benua menunjukkan peningkatan yang
signifikan. Badan Kependudukan PBB menetapkan bahwa tanggal 12 Oktober 1999 penduduk
dunia mencapai 6 miliar jiwa. Bulan Oktober tahun ini diperkirakan akan menjadi
7 miliar jiwa. Pertambahan penduduk yang begitu cepat. Ini saja masih
perkiraan, pasti kenyataan akan lebih. Melihat perkembangan teknologi dan medis
yang berkembang baik.
Fenomena
ini akan berdampak pada meningkatnya kebutuhan. Apalagi hasil dari Bumi masih
menjadi komoditi yang dominan pada kebutuhan manusia. Pengetahuan terhadap
ekonomi ternyata justru membawa manusia kepada sikap keserakahan terhadap alam.
Menggunakan sumber daya alam yang berlebihan, memanfaatkan situasi demi
mendapat keuntungan personal tanpa memperhatikan sekitar dan kelanjutannya. Pemikiran
seperti ini yang seharusnya mulai diubah. Semua yang ada di Bumi tidak akan
selamanya tersedia utuh. Apapun yang digunakan pasti akan berkurang. Bumi tidak
akan mampu jika harus dituntut untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Belajar Dari Kearifan Lokal
Ratusan
tahun yang lalu, sebelum manusia familiar
dengan teknologi. Mereka benar-benar merasakan bahwa bumi adalah harta mereka.
Kehidupan mereka yang tidak bisa lepas dari alam membuat mereka sadar akan
pentingnya alam bagi kelangsungan hidup mereka. Yang mereka lakukan adalah
menjaga dan melestarikannya. Tidak ada kampanye-kampanye lingkungan seperti
baru-baru ini. Kedekatan terhadap alam membuat setiap individu untuk menjaga
bagian dari hidupnya. Yang nenek moyang
lakukan sebenarnya hanya sederhana yaitu: menjaga dan melestarikan. Alam mereka
pandang sebagai cermin keberlangsungan hidup. Maka, layanan energi dari alam harus
terus dilanjutkan. Sebagai tambahan, “layanan energi adalah manfaat yang
dihasilkan dari pembawa energi” (Modi dkk,2005). Pembawa energi ini adalah
setiap item dari alam.
Hal
diatas adalah bentuk dari kearifan nenek moyang yang cinta lingkungan. Kita
bisa menjalani aktifitas saat ini adalah juga sumbangan dari nenek moyang yang
memperhatikan kelanjutan hidup generasi berikutnya (life continuity). Mereka
menjaga keberlangsungan dari layanan energi. Kearifan lokal yang luhur ini
harus diaplikasikan juga dalam berbagai hal, termasuk pada lingkungan. Kearifan
lokal yang merupakan hasil warisan turun temurun menunjukkan pada sikap
kebersamaan yang sukses diterapkan dalam kehidupan.
Kearifan
lokal yang dilakukan oleh sekelompok orang di suatu wilayah tertentu bisa
berdampak pada wilayah lainnya bahkan dunia. Apa yang dilakukan masyarakat Bali
bisa dijadikan contoh untuk menggerakkan pelestarian lingkungan. Berawal dari
budaya Nyepi, ritual yang hanya
dilakukan oleh umat Hindu Bali dan tidak ada di umat Hindu lainnya, masyarakat
bali menerapkan “hening” yang merupakan arti dari kata Nyepi untuk memberikan sumbangan bagi Bumi. Mereka menyebutnya sebagai “Hari Hening Bumi”
yang dilakukan pada tanggal 21 Maret dengan cara tidak menggunakan mobil,
motor, alat elektronik dan telepon genggam. Kegiatan ini berlangsung mulai
pukul 10.00 sampai 14.00. Bumi diberi waktu untuk memulihkan diri terbebas dari
aktifitas non-alami manusia yang mayoritas merusak alam. Kegiatan ini ternyata
sukses diterapkan dan mendapat apresiasi dari tamu-tamu COP 13, UNFCC –
Konferensi Perubahan Iklim. Pengakuan secara internasional pun didapat karena
aktifis-aktifis ini berhasil mendapatkan 10.000.000 tanda tangan. Sehingga
kagiatan yang akhirnya disebut sebagai “World Silent Day” menjadi hari
internasional!
Awali Semua Dari Diri
Sebetulnya,
berpartispasi untuk melestarikan alam bukanlah sesuatu yang merepotkan.
Terkadang kita berpikir bahwa untuk mengatasi sesuatu yang besar, seperti Bumi,
membutuhan gerakan masyarakat secara bersama-sama. Jika pikiran kita masih
dihadapkan pada hal tersebut, kita sama saja melakukan tindakan yang bodoh dan
mustahil! Meskipun itu mungkin untuk dilakukan tetapi sungguh sulit dan memakan
energi!
Daripada
energi kita habis untuk mengatur orang sedunia. Maka, simpan saja energi yang
kita miliki ini untuk pengembangan diri dan menyisihkannya untuk aktifitas
kepedulian Bumi secara individu. Ya, kesadaran individu. Ini adalah inti dari
pernyataan tersebut. Lakukan saja hal-hal yang mampu kita lakukan secara
individu untuk melestarikan lingkungan. Ada banyak cara seperti menanam
pepohonan di depan rumah, menanam tanaman didalam pot, membuang sampah pada
tempatnya, mendaur ulang sampah rumah tangga menjadi kerajinan dan masih banyak
lagi hal-hal kecil yang berguna untuk Bumi. Sudah saatnya kita peduli. Jangan
sampai keprihatinan yang dikatakan G.C Lichtenberg ini ada pada kita, bahwa manusia lebih mengutamakan dirinya daripada memperhatikan alam dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Jangan
anggap remeh setiap usaha individu. Kearifan nenek moyang berawal dari sikap
setiap individu. Sikap baik yang kemudian mampu diterima oleh masyarakat dan
menjadi karakteristik masyarakat setempat. Buktinya, kearifan lokal ini juga
bisa mempengaruhi dunia seperti apa yang lakukan masyarakat Bali tadi.
Hubungan Pelestarian Terhadap Energi yang Berkelanjutan
Melestarikan
alam tidak hanya menjadi sebuah usaha untuk menjaga agar tidak punah ataupun
lenyap. Tetapi ini semua kembali pada layanan energi. Tentu setiap materi
memiliki energi. Nah, apa yang kita dapat dari energi yang disebut sebagai
layanan energi inilah yang menjadi kebutuhan manusia. Dengan melestarikannya,
layanan energi ini masih mampu dinikmati oleh generasi berikutnya sekaligus
sebagai kelanjutan hidup (life continuity).
Nenek moyang adalah sekelompok orang yang
sudah pasti kita akui. Karena mereka, kita bisa melanjutkan hidup dari layanan
energi yang telah dijaga dan dilestarikan. Apa yang terjadi jika mereka tidak
sanggup menjaga sumber daya alam yang ada? Pasti menjadi sesuatu yang sulit
untuk bagi generasi berikutnya untuk hidup. Generasi berikutnya adalah sebuah
kewajiban bagi kita. Berdasar juga dari sisi agama bahwa generasi setelah kita
adalah penerus, dan bila kita tidak sanggup memelihara dan menjaganya, sama
saja itu merupakan sejenis “pembunuhan” yang tentu dilarang dan mendapat dosa
dari Tuhan.
Lihat juga : Kompas MuDA , Sobat Bumi
(Vilya Lakstian)