“ Bagaimana hari ini? Sepertinya ini bakal jadi hari yang cerah. Matahari bersinar terik. Tapi koq makin sore makin mendung yah ? Apa yang terjadi? “
Ya! Itu pasti yang menjadi pembicaraan dalam hati anda tentang kondisi cuaca yang tidak menentu ini. Yang tadinya cerah, panas bikin gerah tiba-tiba malamnya menjadi hujan yang besar. Ini memang dampak dari masa peralihan dari masa hujan menuju kemarau tidak lupa juga mungkin ini sedikit dampak pemanasan global. Emisi gas karbondioksida yang berlebihan membuat segalanya jadi kacau. Dampak sangat terasa di sektor pertanian dan kelautan. Bagi para petani yang sudah seharusnya musim panen jadi gagal karena waktu yang menjadi tidak tepat akibat musim yang tidak teratur. Begitu juga kelautan , karena adanya perbedaan angin dan badai.
Saya sangat mendukung sekali dengan kegiatan dunia tentang “Mematikan Lampu 60 Menit” beberapa waktu yang lalu. Pada saat itu kegiatan itu benar-benar saya lakukan bersama keluarga. Hidup dikegelapan begitu tidak terlalu buruk koq. Malah seru. Kita sekeluarga lalu berkumpul diluar, duduk-duduk dan ngobrol. Waktu berjalan cepat hingga kegiatan mematikan lampu ini berakhir pada pukul 22.00 , tepat 60 menit. Wah! Lagi asik-asiknya nih! Rasanya jadi pengen lagi buat ikut berpartisipasi bersama warga dunia. Masa bodoh pada orang yang tidak mau gabung, karena yang lain juga tidak ikut mematikan lampu., seperti yang dikatakan teman-teman. Lalu saya menjawab, “Yah..terserah kamu lah…kamu peduli nggak sama Bumi?!”
Beberapa waktu lalu sempat terjadi badai disini. Sebelumnya setelah maghrib saya berangkat untuk les di bimbingan belajar. Waktu itu terasa panas, seperti tidak ada angin. Tapi apa yang terjadi setelah pulang dari les ? hawa jadi dingin, naik motor jaket yang tadi dibuka menjadi ditutup rapat-rapat. Diperjalanan setelah isi bensin, beberapa meter dari rumah, petir mulai menyambar-nyambar. Sambil melihat langit yang petirnya terus-menerus aku sambil berdoa, semoga sampai dirumah dengan selamat, Amin. Alhamdulillah, sampailah dirumah. Setelah memasukkan motor dan menutup pintu rumah, langsung hujan turun dengan lebatnya tanpa permisi gerimis dulu. Teman-teman banyak yang SMS, mereka takut dengan hujan ini, deras sekali dan disertai angin. Untunglah rumah tidak apa-apa. Keesokan harinya kita sekeluarga keluar. Apa yang terjadi ? di kota Solo banyak reklame yang ambruk, padahal sudah dibuat kerangka dan batang besi yang kuat. Begitu juga dengan spanduk , baliho Caleg yang tambah semrawut. Saat lewat Pasar Jongke, di pertigaan ada reklame yang tinggi besar dengan batang besi yang besar. Bayangkan, reklame itu bisa ambuk! Disebelahnya ada reklame juga yang sama kuatnya dengan yang ambruk tadi, dengan gambar Bapak Wiranto ini, reklame itu yang tadinya lurus, bentuknya jadi mengikuti bentuk pertigaan jalan ( siku-siku ). Ya ampun… Alhamdulillah di Sukoharjo tidak apa-apa, selamat.
Oleh karena itu dengan apa yang terjadi tadi, mari kita sayangi bumi ini dengan berbagai cara dari yang terkecil. Ciptakan bumi yang indah dan sehat.
(Lakstian)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar