Bahasa
memang sudah menjadi bagian dari kebutuhan sehari-hari manusia. Hal ini
terbukti dari begitu pentingnya bahasa dalam penggunaanya oleh manusia selama
ini. Diluar sana adalah dunia bahasa dimana kita akan menemukan bahasa baik itu
lisan atau tulisan. Bahasa memudahkan dan melancarkan manusia. Bagaimana jika
tidak ada bahasa? Sulit bagi kita untuk membayangkannya. Padahal manusia adalah
mahluk sosial yang berinteraksi satu sama lain. Begitu juga dari setiap
individu manusia itu sendiri yang memiliki beberapa organ yang mampu melakukan
aktifitas linguistik baik itu dalam menerima, memproses maupun memproduksi
bahasa.
Kridalaksana
(1994:21) mengatakan bahwa bahasa sebagai lambang bunyi yang arbitrer
dipergunakan oleh masyarakat untuk berhubungan dan bekerja sama, berinteraksi
dan mengidentifikasi diri. Hal ini memang benar. Kita berada dalam suatu
masyarakat bahasa yang saling menggunakan kemampuan berbahasanya satu sama
lain. Bahasa sebagai media untuk mentransformasikan, membagi dan menyampaikan
berbagai hal seperti ide, gagasan dan informasi. Itulah fungsi dari bahasa.
Samsuri (1993:4) berpendapat bahwa manusia tidak lepas memakai bahasa karena
bahasa adalah alat yang dipakainya untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan
dan perbuatan-perbuatannya serta sebagai alat untuk memengaruhi dan
dipengaruhi. Dapat dikatakan bahwa masyarakat bahasa melakukan aksi dan reaksi
melalui bahasa. Aktifitas timbal balik ini dapat dilakukan dengan berbagai cara
baik itu proses produksi, penerimaan, interpretasi, hingga pemberian tanggapan.
Bahasa dalam kelompok sosial
Dalam perkembangannya, manusia
hidup dalam suatu kelompok sosial yang memberikan ciri yang unik, berbeda
dengan kelompok lain. Pembentukan kelompok sosial dipengaruhi berbagai faktor
seperti geografis, historis, tradisi maupun ikatan primordialis. Faktor-faktor
yang membentuk ciri yang unik dalam setiap kelompok sosial ini ternyata
berpengaruh dalam bahasa sehingga membentuk sekumpulan individu dalam kelompok
bahasa. Hal ini terbentuk demi terwujudnya pelaksanaan atas fungsi bahasa.
Penggunaan bahasa khusus dalam
suatu kelompok tentu memfasilitasi setiap individu untuk melakukan interaksi
satu sama lain. Ini terjadi agar proses komunikasi dapat berjalan lancar dan
dapat dipahami. Seperti penggunaan bahasa ibu oleh suatu kelompok di suatu
wilayah tertentu. Bahasa sebagai karakteristik akan dikaji lebih dalam pada
istilah domain.
Bell (1976:102) mengatakan bahwa
domain terjadi saat bahasa berpengaruh dari situasi dimana peran partisipan
terbentuk pada ekspresi perilaku yang sesuai melalui pilihan kode yang sesuai
dari repertoir-repertoir linguistik pada individu-individu yang terlibat. Tidak
hanya sebatas pada partisipan. Ternyata domain merupakan hubungan dari 3 hal.
Yaitu topik, hubungan peran dan tempat (locale),
seperti yang dikatakan Fishman (1963). Domain diawali dari keluarga. Domain
keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ini didukung dari tempat dimana
partisipan berinteraksi. Lalu diperkuat dengan topik-topik yang dibahas dalam
interaksi keluarga yang menggunakan bahasa ibu atau bisa disebut bahasa pertama
(L1).
Dari
domain keluarga, manusia dihadapkan pada kelompok yang lebih luas. Sebagai
contoh, saat kita sedang berada di kampung. Secara langsung kita akan memakai bahasa
yang lebih mudah diterima di tempat itu, misalnya – bahasa Jawa. Ini terjadi
karena kita sedang berada didalam kelompok yang mayoritas menggunakan bahasa
itu dalam komunikasi sehari-hari. Tentu fungsi bahasa dapat berjalan baik
ketika ada kesepakatan pada kedua pihak baik penutur dan penerimanya. Kesepakatan
itu adalah dalam pemilihan bahasa untuk berinteraksi. Bahasa seperti ikut
berperan dalam pembentukan “kita” dalam kelompok itu. Keberadaan individu dalam
kelompok bahasa ini menjadi penilaian sendiri.
Bahasa Indonesia pada domain yang lebih
luas
Setelah kelompok-kelompok bahasa
itu, tentu manusia pun terus berkembang. Perlunya individu untuk berinteraksi
yang lebih luas dilatarbelakangi oleh berbagai faktor. Yang pasti adalah
manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhan. Bahasa kemudian menjadi alat untuk mendapatkan
kebutuhan itu.
Setiap individu akan menempati
pos atau domain-domain yang mereka butuhkan. Ternyata, setiap domain itu bisa
bersifat umum. Maksudnya, diikuti oleh pengguna bahasa dari berbagai kelompok
bahasa. Domain umum ini seperti pendidikan, ekonomi, pemerintahan dan masih
banyak lagi domain-domain yang bersifat umum. Inilah yang dimaksud dengan
pemenuhan kebutuhan tadi. Akan ada lebih banyak fungsi bahasa yang berperan
karena kompleks nya hal-hal yang akan dibahas di domain-domain tersebut.
Formal, adalah hal yang unik
saat kita memasuki ranah masyarakat bahasa. Individu –individu yang terlibat
didalamnya akan dihadapkan pada standarisasi sebagai alat pemersatu. Salah
satunya adalah bahasa. Sangat membanggakan bahwa kita memiliki Bahasa Indonesia
yang bahkan telah diakui secara internasional. Individu yang berasal dari latar
belakang yang berbeda ini akan dipersatukan oleh Bahasa Indonesia. Ini sungguh
tampak jelas, meskipun di luar domain itu mereka akan kembali pada bahasa
daerahnya (berikutnya kita sebut L1).
Bahasa Indonesia difungsikan
sebagai sarana dalam pelaksanaan fungsi bahasa yang lebih dapat diterima oleh
partisipan-partisipan dalam domain umum. Sebagai contoh, dalam domain
pendidikan. Berbagai istilah dan wacana yang berkisar dalam domain tersebut
lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini terlihat jelas seperti yang
tertulis dalam buku diktat, lembar soal dan alat peraganya. Bahasa Indonesia
yang bisa dikatakan sebagai bahasa kedua (berikutnya kita sebut L2) menjadi
alat dalam penyampaian ide dan informasi pada domain tersebut. Meskipun
nantinya guru menyesuaikan pada cara pemahaman siswa dengan menyampaikannya
kembali dengan L1, Bahasa Indonesia tetap menjadi standar atau acuan umum. Dari
kenyataan ini, dalam domain pendidikan akan ada kemungkinan penggunaan
bilingual yaitu L1 dan L2. Pada domain yang lain, religius misalnya. Ulama
awalnya akan memberi gambaran atau penjelasan umum, mayoritas menggunakan Bahasa
Indonesia (L2) karena tempat ibadah berisi berbagai macam individu yang berbeda
dan agama adalah ranah yang sangat umum tanpa membeda-bedakan asal jemaatnya. Dalam
penyampaiannya ulama kemudian mengutip beberapa ayat dari kitab suci yang
berbahasa yang berbeda lagi, yaitu L3. Ada pula kemungkinan ulama kembali pada
L1 untuk mengkhususkan pada jemaat yang tinggal di sekitar tempat ibadah. Meski
ada 3 kemungkinan penggunaan bahasa, Bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa
pengantar yang lebih mudah diterima dan dapat menjembatani penggunaan bahasa
lainnya yaitu L1 dan L3.
Berbagai domain publik dan
sosial yang ada dalam suatu lingkup yang lebih besar yang diikat oleh persatuan
dan kesatuan, yaitu negara membuktikan bahwa diperlukan satu bahasa yang
diharapkan mampu diketahui warganya. Dan sepertinya ini wajib diketahui karena
warga Negara hidup bersama dan tidak mungkin terus berada pada kelompok yang
sempit. Meskipun bahasa Indonesia dibeberapa wilayah menjadi L2, tetapi tidak
bisa dihindari karena kebutuhan manusia akan informasi dan ide.
Kejadian semacam ini akan
membuat kita berpikir, siapakah diri kita di masyarakat sesungguhnya. Berawal
dari kelompok kecil yang sederhana, kemudian masuk kedalam wilayah yang lebih
luas. Bahasa Indonesia menunjukkan identitas kita yang sebenarnya. Kita memang
hidup diwilayah yang berbeda-beda yang kemudian muncul berbagai variasi bahasa
seperti dialek, gaya bahasa dan intonasi sebagai ciri unik dari tempat tinggal
kita. Tetapi sesungguhnya kita semua tergabung dalam satu, yaitu Masyarakat
Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia memberikan
pengaruh pada pembentukan identitas pada setiap individu. Secara struktur batin
akan terucap seperti ini: “Saya adalah bagian dari Indonesia maka saya
menggunakan Bahasa Indonesia supaya bisa berkomunikasi dengan orang Indonesia
lainnya”. Secara tidak langsung terjadi suatu kerjasama. Kerjasama yang tidak
selalu identik dalam hal gotong royong, tetapi kerjasama dalam terbentuknya
interaksi yang apik dan berkelanjutan. Ketika individu saling bertemu mereka
akan mencoba memahami bahasa apa yang bisa saling dipahami. Ada berbagai tahap
seperti, penggunaan bahasa daerah. Jika belum bisa berjalan baik maka terjadi code-switching dengan memasukkan bahasa
lain. Apabila mampu diterima, kemudian sepenuhnya interaksi menggunakan bahasa
tersebut. Sebagai bahasa yang awalnya digunakan untuk menjalankan fungsi
instruksional dalam kegiatan akademik, Bahasa Indonesia tentu begitu melekat
baik didalam diri masyarakat. Sehingga paling aman jika interaksi menggunakan
Indonesia.
Sebagai
bagian dari Masyarakat Bahasa Indonesia, saya sungguh bangga karena kita semua
baik dari timur dan barat dapat memiliki media komunikasi yang mampu diterima
secara umum. Fenomena bahasa ini tentu dapat dimanfaatkan sebagai media nasionalisme
sebagai bentuk keistimewaan yang kita miliki bersama. Pengakuan dunia akan Bahasa Indonesia, bahkan
dalam dunia akademis menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia menjadi bagian dari Dunia Bahasa yang lingkup
yang paling besar seperti yang dialami Bahasa Inggris yang telah melintasi
antar benua.
Vilya Lakstian
Vilya Lakstian
Mahasiswa Linguistik di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta
Lihat juga artikel penulis di Kompasiana
Lihat juga artikel penulis di Kompasiana
0 comments:
Posting Komentar