Tiba-tiba
muncul ide untuk menulis, ketika salah seorang teman mengajukan pertanyaan dalam
sebuah diskusi. Dia meragukan adanya ilmu pengetahuan sebagai alat kebohongan
masyarakat. Dari pertanyaan inilah diskusi menjadi tampak segar dengan adanya
fenomena baru.
Sesungguhnya ilmu pengetahuan
bukanlah seburuk apa yang banyak orang lain pikirkan. Malahan sebagai karunia
dan bukti kehadiran mahluk Tuhan yang berguna. Ilmu pengetahuan justru
membuktikan suatu bentuk kejujuran sebagai manusia yang memiliki akal. Manusia
dianugrahi otak sebagai alat untuk berfikir terhadap realita yang terjadi dalam
kehidupan dunia. Dengan menggunakan akalnya dalam menghadirkan penemuan teori
dan praktis, manusia secara sadar ataupun tidak telah mengakui akan adanya akal
sebagai media penciptaan ide kreatif untuk bertahan hidup.
Ketika
manusia hadir di dunia, tentu tidak hanya tugas kita untuk melaksanakan
perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya tetapi juga bagaimana dapat bertahan
hidup di tengah kerasnya kehidupan Bumi. Ketahanan hidup ini juga dibuktikan
dengan pemenuhan kebutuhan. Ilmu pengetahuan dipakai manusia untuk mengolah
hasil pertanian, menghasilkan energi, membangun tempat tinggal, ketersediaan
air bersih dan masih banyak lagi.
Ilmu itu jujur
Ilmu pengetahuan tercipta melalui
realitas yang ada sehingga memunculkan ide berinovasi untuk memberikan manfaat.
Apabila ada orang yang khawatir, itu adalah kesalahan yang sebaiknya tidak
dipelihara. Sesungguhnya ilmu ada untuk menghilangkan kebohongan dan kecemasan.
Goetzmann dalam Luedtke (1994:215) menjelaskan bahwa sains bertujuan untuk
merobohkan takhayul, mitos, dongeng, cerita-cerita nenek tua, khayalan, tipuan
dan kebohongan yang disengaja atau “embel-embel”, “penipuan” dan “keculasan”
seperti dalam peristilahan abad kesembilan belas. Berbagai macam ilmu seperti
ekonomi, sosial, matematika hingga agama berusaha untuk mencari kebenaran yang
kemudian menghasilkan kesimpulan melalui teori dan dilaksanakan dengan praktik
sebagai pembuktian.
Kekhawatiran mungkin muncul karena
penggunaannya oleh orang-orang yang bernafsu untuk alasan-alasan yang negatif.
Pada hakikatnya, ilmu tetap bertujuan baik. Ketika hasil dari ilmu pengetahuan
itu berusaha untuk dimanipulasi, sebetulnya sangat sulit. Bagaimanapun para
peneliti akan melalui berbagai prosedur dan pengawasan yang ketat. Ilmu
pengetahuannya itu baik sekali karena berkontribusi dalam mehadirkan peradaban
manusia yang terus maju. Inovasi dan terus berkarya sebagai perwujudan
eksistensi manusia sebagai mahluk berfikir.
Ekslusif
Tentu sangat sering dituliskan saat
bersinarnya ilmu pengetahuan dari abad pencerahan sampai kesembilan belas. Yang
berbeda dengan saat ini adalah mengapa ilmu pengetahuan saat ini lebih terlihat
intensif daripada ekslusif. Intensif dalam penggunaannya untuk penciptaan
massal dan kejar target untuk bisnis. Berbeda dengan ekslusif, yaitu penemuan
yang berasal dari pemikiran tinggi dan hasilnya menjadi kebutuhan yang mampu
menemukan solusi sehari-hari sehingga menjadi pertimbangan dalam kebutuhan.
Seperti Guttenberg yang menemukan mesin cetak, Ibnu Sina dalam ilmu medis dan al-Khwārizmī
dengan aljabar-nya yang hingga saat ini masih kita pelajari.
Memerlukan semangat yang tinggi bagi
para peneliti untuk menggunakan ilmu yang telah diperoleh. Terdapat kejujuran
akademis bagi mereka untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan pada
penemuan-penemuan ekslusif yang mampu memberikan kontribusi pada terciptanya
peradaban yang cerdas.
Vilya
Lakstian
0 comments:
Posting Komentar